This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 21 November 2013

Sejarah berdirinya MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam)

Ingatlah hai engkau penjelajah alam :
1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]

dan senantiasa ;
1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya
3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.



Sejarah Pencinta Alam Serta Perkembangannya
Apabila sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak jauh-jauh amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala, padang rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih "bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh. Manusia mendirikan rumah untuk tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat kepalanya.
Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri. Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai :
Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.
Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua. Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz. Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.
Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?."
Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja.
Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu MAPALA juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.
Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa : “Tujuan MAPALA ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik” Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya MAPALA Universitas Indonesia, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. MAPALA atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki MAPALA baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.

PALA ( PECINTA ALAM ),
Konsekuensi yang harus dihadapi dari sebuah konsistensi
Apa yang diharapkan dengan mengikuti sebuah organisasi bernama PALA ( Pecinta Alam )? Banyak memandang sebelah mata pada organisasi ini dan terkadang mengatakan bahwa kegiatannya hanya bersifat hura-hura yang menghabiskan uang. Suara itu semakin santer terdengar bila ada pemberitaan mengenai kecelakaan yang dialami oleh anggota PALA ( Pecinta Alam ) pada waktu melakukan kegiatan di alam. Dalam sebuah diskusi (mengutip dalam artikel Kompas, Minggu 29 Maret 1992) kegiatan PALA ( Pecinta Alam ) dapat dikategorikan sebagai olahraga yang masuk ke dalam kaliber sport beresiko tinggi. Kegiatannya meliputi mendatangi puncak gunung tinggi, turun ke lubang gua di dalam bumi, hanyut berperahu di kederasan jeram sungai deras,
keluar masuk daerah pedalaman yang paling dalam dan lainnya. umumnya kegiatan PALA ( Pecinta Alam ) berkisar di alam terbuka dan menyangkut lingkungan hidup. Jenis aktifitas meliputi pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), pengarungan arus liar(rafting), penghijauan dan lain sebagainya. Tak ayal lagi bahwa kegiatan ini beresiko tinggi dan setiap anggotanya harus memahami konsekuensi resiko yang dihadapi dengan bergabung dengan organisasi ini. Resiko yang paling berat adalah cacat fisik permanen dan bahkan kematian. Untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi resiko yang tinggi ini, dibutuhkan kesiapan mental, fisik dan skill yang memadai. Berbagai macam latihan dan pengalaman terjun langsung ke alam dapat meminimalisir resiko yang akan dihadapi. Tapi, diluar semua itu masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.

PALA,
Pencinta alam atau Petualang ?
Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.

Kini yang sering ditanyakan
Ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian banyak diantara para “pencinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat.

Kamis, 14 November 2013

BAHAYA BUMBU MIE INSTAN

Bagi penyuka MIE Instan. tolong diperhatikan :
HATI-HATI, Bumbu Mie Instan TIDAK BOLEH DIMASAK !!!

PERINGATAN BAGI KITA SEMUA BAHWA MIE INSTANT TIDAK BOLEH DIMASAK BERSAMAAN DENGAN BUMBUNYA, KARENA MSG (MONO SODIUM GLUTAMAT) BILA DIMASAK DI ATAS 120C AKAN BERPOTENSI MENJADI KARSINOGEN, PENCETUS KANKER.

PERHATIKAN SEMUA KEMASAN MIE INSTAN, KEBANYAKAN PROSEDURNYA MASAK MIE DULU BARU DITABURI BUMBU.
BUMBU DI TARUH DI MANGKOK DULU.
JADI JANGAN PERNAH MASAK MIE BESERTA BUMBUNYA!
BAHAYA !!!

Tolong dapat diteruskan ke orang2 yang suka makan MIE.
Dan dari hasil penelitian :
Mengkonsumsi mie instant 4 hari berturut-turut berpotensi kanker, mioma, kista atau amandel sebesar 75%.

Jika anda tidak percaya, cobalah ambil kuah / bumbu mie instant lalu taburkan ke atas pot yang berisi Bunga/ tumbuhan..
Beberapa hari kmdian tumbuhan trsb akan layu/ mati.
Berlaku dalam ukuran (1 : 1).

Sayangi keluarga anda...jauhi dr penyakit.
Masih banyak zat kimia yang tidak sengaja masuk di dalam tbh lwt mknn spt:
nasi non organik,bakso,tahu & tempe kedelai non organik,ayam potong dll

Untuk mengeluarkan semua racun tsbt minumlah minyak ikan salmon alaska, plak dialiran darah hilang dan anda akan sehat kembali, buktikan sendiri yaa...

Penting bagi wanita !!
Tidak disarankan makan bayam & tahu bersamaan, karna jika digabungkan akan membentuk senyawa yg bisa mengakibatkan terbentuknya batu / kista dalam tubuh.
(Hasil penelitian Prof. Dr. Asbudi,SPOG)

Jangan makan timun saat haid karna bisa menyebabkan darah haid tersisa di dinding rahim, setelah 5-10 hari dpt sebabkan KISTA & KANKER RAHIM.

Alangkah baiknya bila info ini disebarkan ke banyak wanita sebagai tanda kepedulian kita terhadap sesama.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati.

5 Hal yang penting bagi pendaki gunung :

Anggapan mendaki gunung adalah “gagah” hebat dan perkasa adalah sebuah kekeliruan. Apa tujuan seorang pendaki mendaki gunung ? akankah pendakian tersebut berdasar pada cinta akan gunung atau hanya sekedar penikmat gunung atau bahkan tanpa disadari bisa menjadi perusak gunung ?

Beberapa hal yang perlu kita ketahui agar pendakian gunung yang kita lakukan tidak dianggap merusak lingkungan :

1. Pendakian Massal
Mendaki gunung dengan kelompok adalah hal yang menyenangkan, namun sebaiknya sebelum mendaki gunung tersebut dilakukan survey tentang kapasitas dan daya tampung gunung, agar program pendakian yang kita lakukan tidak merusak lingkungan akibat lokasi yang kita pakai menjadi terganggu.

2. Hindari pendakian yang di sponsori oleh perusahaan yang mencari untung
Pendakian oleh sekelompok orang yang disponsori biasanya akan mengumpulkan pendaki sebanyak banyaknya, karena semakin banyak peserta semakin banyak untung dan penjualan produk, hal ini perlu dipertimbangkan dalam memilih kegiatan pendakian yang akan dilakukan

3. Bersikap Peduli Lingkungan
Sebagai penikmat alam, selayaknya kita memperhatikan alam dan lingkungan yang kita lalui, menjaga kelestarian lingkungan bukanlah hanya tanggung jawab petugas penjaga taman atau LSM lingkungan

4. Hindari mengubah situasi
Mengambil bunga atau pohon dari gunung bisa mengakibatkan perubahan bentuk dan keberlangsungan flora dan fauna di lokasi tersebut, bisa sobat bayangkan jika setiap orang melakukan hal yang sama, al hasil terjadi perubahan drastis pada lokasi tersebut

5 Jadilah Pendaki yang konservatif
Keputusan mendaki gunung biasanya didasari atas keingintahuan bagaimana perasaan mendaki dan ditambah keinginan menikmati suasana lingkungan yang berbeda dari kehidupan sehari hari. Sebagai pendaki yang konservatif jadilah menjadi panutan dengan memberitahukan hal hal yang berguna dan tidak berguna, agar para sobat pendaki lainnya mengetahui aturan menjadi seorang pendaki yang baik dan peduli terhadap lingkungan.

Gunung adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia, selayaknya kita merawat dan melestarikannya untuk anak cucu dan generasi penerus kita.

Salam Lestari..

Sumber==> FHI (Forum Hijau Indonesia)

10 Fakta unik tentang angry birds - Sejarah

10 Fakta unik tentang angry birds - Sejarah

Cukup taukah anda mengenai sosok dan sejarah angry birds ini? angry bird space merupakan sesuatu mobile game yang baru dirilis pada 22 maret 2012 produksi rovio. meski baru berumur 35 hari, tetapi angry bird space ini sudah mencetak sejarah baru dunia mobile yang sangat cepat pertumbuhannya.


game yang memiliki sebagian cii-ciri burung pemarah tersebut sudah diunduh sejumlah 50 juta kali, sejak peluncurannya sebulan yang lantas. rekor banyaknya unduhan ini jadi sesuatu prestasi tersendiri untuk rovio. Sebagai pengetahuan baru untuk anda atau anda yang merupakan penggemar angry birds ini mari kita simak  sejarah dan 10 Fakta unik tentang angry birds :
  1. angry birds dibuat dengan konsep awal “menggunakan satu jari tapi hasilnya random”
  2. angry birds sebelumnya menggunakan model bola dan yang menghancurkan balok saja
  3. bola diganti menjadi bentuk burung, karena waktu itu sedang melanda wabah flu burung di eropa, ga lama balok pun juga diganti menjadi babi saat terjadi wabah flu babi di eropa
  4. angry birds adalah game yang ke 52 dibuat oleh Rovio
  5. angry birds dibuat bukan sebagi sebuah app game, bukan juga sbg sebuah produk, tapi angry birds adalah sebuah BRAND ~ inilah mindset yang harus dibentuk oleh developer lokal saat ini
  6. kantor rovio yang memiliki 120 karyawan berada di seberang headquarter Nokia di Espoo, Finland
  7. angry birds di buat di symbian^3, sukses (populer) melalui iOS, begitu masuk ke platformm android di bajak, lalu kemudian digratiskan untuk platform android
  8. 25% pendapatan rovio dari game berbayarnya, selebihnya dari merchandising
  9. Angry birds magic pertama kali akan diluncurkan secara preloaded di C7 (with anna) dan N9 ~ NFC supported
  10. Angry Birds Magic merupakan inovasi baru dari rovio untuk mendapatkan keuntungan (unlock level harus tapping ke merchandise angy birds yg dijual)
Terus sudah taukah anda tentang asal dari sosok yang menjadi burung-burung dalam angry birds, coba lihat gambar di bawah ini :
Bagaimana cukup menarik bukan, semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Kamis, 07 November 2013

Soe Hok Gie

“Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”
Soe Hok Gie, dalam Catatan Seorang Demonstran


Nama : Soe Hok Gie
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 17 Desember 1942
Nama orang tua : Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An
Pendidikan : SMP Strada (daerah Gambir), SMA Kanisius Jakarta, S1 Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1962-1969)
Pengalaman Organisasi : anggota Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSOS), anggota MAPALA UI
Pekerjaan : Dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Meninggal : 16 Desember 1969, di Gunung Semeru

Soe Hok Gie merupakan anak keempat dari lima bersaudara yang sejak kecil amat suka membaca, mengarang, dan memelihara binatang. Salah satu kakaknya bernama Soe Hok Djien, yang dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak SMP, Soe menulis buku catatan hariannya, termasuk surat menyurat dengan teman-teman dekatnya. Semakin besar, dia makin berani menghadapi ketidakadilan, bahkan dia berdebat dengan gurunya sendiri ketika SMP. Dalam catatan hariannya, Soe Hok Gie menulis, “Guru model begituan, yang tidak tahan dikritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan murid bukan kerbau.”

Soe Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Beberapa tulisannya benar-benar tajam dan menohok pemerintah kala itu, sehingga seringkali ia mendapat ancaman dari berbagai pihak. Salah satu tulisannya yang terkenal adalah “Betapa Tak Menariknya Pemerintah Sekarang”, yang pernah dimuat di harian Kompas, 16 Juli 1969.


Mengapa Soe Hok Gie?

Ada beberapa hal yang membuat saya mengangkat sosok Soe Hok Gie. Sangat banyak memang alasannya, tetapi saya singkat menjadi 2 hal :

  1. Soe Hok Gie merupakan ikon mahasiswa di zamannya. Maju mundurnya suatu Negara bergantung kepada kondisi mahasiswa nya. Tidak heran perjalanan bangsa Indonesia dihiasi oleh perjuangan mahasiswa dalam ruang lingkup kecilm dan pemuda dalam ruang lingkup luas. Berdirinya Boedi Oetomo 1908, lahirnya Sumpah Pemuda 1928, Peristiwa Rengasdengklok 1945 yang menyebabkan proklamasi Kemerdekaan dipercepat, jatuhnya rezim Orde Lama (Soekarno) pada tahun 1966, jatuhnya Soeharto 1998; hal ini semua terjadi karena mahasiswa bergerak melawan ketidakadilan. Kesimpulannya, kemajuan suatu Negara berbanding lurus dengan tingkat kualitas mahasiswa di Negara tersebut. Mahasiswa merupakan komponen penting dalam suatu negara.
  2. Soe Hok Gie merupakan sosok mahasiswa yang idealis dan humanis. Idealisme Soe Hok Gie dibuktikan dari komitmennya untuk selalu melawan ketidakadilan rezim pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan tidak pro rakyat. Karakter humanis dipraktekkan oleh Soe Hok Gie dengan tidak memandang seseorang dari ‘label’ (agama, suku, golongan, ras), tetapi memandang bahwa tiap individu adalah manusia yang mempunyai hak hidup yang sama. Sejarah mencatat Buku Harian Soe Hok Gie sangat laku di pasaran, bahkan para sineas muda sekelas Mira Lesmana dan Riri Riza membuat film berdasarkan kisah hidup Soe Hok Gie, dengan judul “GIE”.
 
Karakteristik kehidupan Soe Hok Gie
  1. Masa Pemerintahan Soekarno
    Soe Hok Gie merupakan sosok mahasiswa ideal. Soe Hok Gie berani melakukan kritik keras terhadap pemerintah Orde Lama dan Orde Baru. Pada masa Orde Lama, Soekarno menjadi objek kritikan pedas Soe Hok Gie. Perjuangan Soe Hok Gie ini merupakan suatu tindakan yang berlawanan dengan keadaan ketika itu. Soekarno merupakan Pahlawan Revolusi. Beliau dipuja-puja sebagai Sang Proklamator. Tetapi Soe Hok Gie memandang dari sisi berbeda. Soe Hok Gie tidak membenci Soekarno, tetapi dia membenci ide-ide Soekarno. Di zaman Soe Hok Gie, kampus menjadi ajang pertarungan kaum intelektual yang menentang atau mendukung pemerintahan Bung Karno. Soekarno mulai melakukan kesalahan demi kesalahan dalam pemerintahannya. Kesalhan fatal adalah keluarnya ideologi NASKOM. Soe Hok Gie menentang keras ide ini, terutama yang berkaitan dengan PKI. Sepanjang 1966-1969 Gie berperan aktif dalam berbagai demonstrasi. Sebagai seorang aktivis mahasiswa, ia adalah pribadi yang istimewa. Hal itu tampak melalui cakrawala pemikirannya yang visioner, militansinya yang nyaris tanpa batas, serta komitmennya yang kukuh pada prinsip-prinsip demokrasi dan humanisme universal. Tahun 1966 ketika mahasiswa turun ke jalan melakonkan TRITURA, Soe Hok Gie termasuk di barisan paling depan. Soe Hok Gie merupakan salah seorang tokoh kunci terjadinya aliansi mahasiswa-ABRI pada 1966.
  2. Masa Pemerintahan Soeharto
    Soe Hok Gie membenci PKI, tetapi dia menentang keras usaha pemerintahan Soeharto dalam membasmi PKI melalui pembantaian massal tahun 1965. Soe Hok Gie adalah salah satu tokoh yang sangat menyoroti tragedi G30/S/PKI, tragedy yang sangat memilukan dalam sejarah kelam Bangsa Indonesia. Tapi tidak demikian halnya dengan pengungkapan reaksi balik yang tidak kalah biadabnya dari gerakan 30 September 1965 yang menimpa orang dituduh anggota dan simpatisan PKI. Pembantaian, pemberangusan, penghilangan lawan politik yang sungguh biadab dan diluar batas nilai-nilai kemanusiaan. Tulis Soe Hok Gie di dalam buku hariannya (Catatan Seorang Demonstran).

    “…Kelompok yang berjaga-jaga mulai keluar dengan berpakaian serba hitam dan bersenjatakan pedang, pisau, pentungan dan bahkan senjata api. Rumah-rumah penduduk yang diduga sebagai anggota PKI dibakar sebagai bagian pemanasan (warming up) bagi dilancarkannya tindakan-tindakan yang lebih kejam. Kemudian pembantaian pun terjadi dimana-mana…”

    Soe Hok Gie --saat itu-- menganggap pemerintah Soeharto yang baru dibentuk merupakan antitesis dari pemerintah Soekarno yang korup dan tidak berpijak pada realitas. Pemerintah Soekarno dan pemerintah Soeharto memiliki cita-cita yang sama besarnya dalam menyejahterakan masyarakat. Namun caranya berbeda. Dan di sinilah subjektivitas Hok Gie muncul. “Jauh lebih mudah membuat sebuah monumen dengan emas di puncaknya daripada membuat dan memperbaiki 1000 kilometer jalan raya,” katanya menyinggung proyek Monumen Nasional yang dibangun di jaman Presiden Soekarno.

    Sikap Soe Hok Gie sebagai seorang idealis sangat mengakar dalam dirinya. Ketika lulus dari Fakultas Sastra UI, Soe Hok Gie memilih menjadi dosen di almamaternya daripada mengikuti jejak teman-temannya sesame aktivis ’66 yang beramai-ramai menjadi anggota DPR-GR (ketika itu DPR bernama DPR-GR). Bahkan, Soe Hok Gie mengirimkan kado “Lebaran dan Natal” untuk teman-temannya di DPR-GR yang berisi pemulas bibir, cermin, jarum, dan benang, disertai pesan : Bekerjalah dengan baik, Hidup Orde Baru! Nikmatilah kursi anda tidurlah nyenyak.

Nilai-nilai Kehidupan Soe Hok Gie
  1. Idealisme
    Soe Hok Gie adalah sosok idealisme murni. Hal ini tercermin dalam tindakannya yang mengkritik pemerintah, melalui aksi turun ke jalan maupun melalui tulisan di berbagai surat kabar, tanpa takut oleh ancaman sekalipun. Bahkan, ketika teman-temannya sesama aktivis ’66 menjadi anggota DPR-GR, Soe Hok Gie tidak tergoda untuk masuk ke dalam sistem yang korup. Soe Hok Gie percaya bahwa cara yang paling baik untuk mengawasi jalannya pemerintahan adalah dengan tidak masuk ke dalam sistem pemerintahan itu sendiri.
    Saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin selalu mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi, juga ketidakpopuleran. Ada sesuatu yang lebih besar: KEBENARAN.” (Catatan Seorang Demonstran)
  2. Moralis Absolut dan Humanisme Universal
    Soe Hok Gie adalah seorang pemuda idealis, seorang moralis yang memegang teguh etika absolut. Bebeda dengan etika tanggung jawab, moralis yang penganut etika tanggung jawab tak akan segan membunuh bila dia punya kesempatan lebih dulu-ketika dia mengetahui bahwa dia akan dibunuh orang tersebut. Berbeda dengan seorang moralis yang menganut etika absolut, walaupun dia mengetahui bahwa dia akan dibunuh, dia tak akan membunuh orang itu meski dia punya kesempatan. Itulah Soe Hok Gie.

    Dalam menelaah permasalahan politik atau permasalahan sosial, Soe Hok Gie selalu memandangnya dari sisi kemanusiaan. Apakah itu orang Cina atau orang Rusia, revolusioner atau kapitalis, Soe Hok Gie melihat orang itu sebagai manusia. Secara nyata hal ini dapat dilihat pada sikap Soe Hok Gie terhadap pembantaian missal tahun 1965.
Seorang inspirator

Tidak terbantahkan lagi, Catatan Seorang Demonstran menjadi sumber inspirasi bagi para mahasiswa pada dekade 1980an. Pada saat sekarang ini, kisah hidup Soe Hok Gie yang tertuang dalam catatan hariannya serta berbagai buku percikan pemikirannya merupakan landasan saya dalam bertindak di lingkungan kampus. Ditambah lagi kelarnya film GIE semakin menumbuhkan rasa kekaguman saya terhadap sosok Soe Hok Gie.

Saya berusaha menerapkan nilai-nilai kehidupan Soe Hok Gie ke dalam kehidupan saya sendiri. Saya menyatakan TIDAK pada politik kampus. Politik kampus yang tidak ubahnya aksi saling sikut demi kepentingan politik praktis semata. Seperti yang dikatakan Soe Hok Gie, politik kampus adalah politik taik kucing. Dimana sebenarnya kampus dijadikan ajang pertarungan antar kelompok yang merupakan perpanjangan tangan dari partai politik.

Idealisme. Saya tidak mau menjadi mahasiswa yang terjebak pada ‘menara gading intelektualitas’. Saya giat dalam mengikuti organisasi kampus, khususnya Pers Mahasiswa. Sekali lagi, tanpa mau ikut dalam pusaran politik kampus.


Penutup

Perlu dicatat, Soe Hok Gie merupakan keturunan Tionghoa, tetapi dia benar-benar mencintai Indonesia. Nasionalisme yang dia punya tidak diragukan lagi. Kecintaan pada tanah air dibangun dengan fondasi idealisme, humanisme universal, dan moralis absolut.

Kisah hidup Soe Hok Gie dapat dijadikan acuan dalam merefleksikan kehidupan mahasiswa sekarang ini. Sekali lagi, bukan hanya AKU PASTI BISA!, tetapi KITA PASTI BISA! Dalam membangun Indonesia kea rah yang lebih baik lagi.

“Di Indonesia hanya ada 2 pilihan: menjadi idealis atau apatis. Saya sudah lama memutuskan bahwa saya harus menjadi idealis sampai batas-batas sejauh-jauhnya.”
(Soe Hok Gie, dalam Catatan Seorang Demonstran)


Referensi :
Soe Hok Gie Catatan Seorang Demonstran, 2005, LP3ES: Jakarta
Soe Hok Gie …Sekali Lagi, 2009, Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta
Sumber:http://siralawe.blogspot.com/